OLEH :
Nama : Irenius Sondi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami
ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dalam proses
pembuatan makalah ini. Makalah yang berjudul “ Peranan Taksonomi Dalam
Pengelolaan Sumber Daya Genetika” ini dibuat berpedoman pada artikel- artikel
yang ada pada website. Tujuan khusus dalam pembuatan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas dari mata kuliah Taksonomi Tumbuhan .
Dalam pembuatan dan
penyusunan makalah ini, tidak lupa saya mengucapkan banyak terimakasih
pada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini
sehinggga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Saya juga
mengucapkan terima kasih kepada Dosen yang telah membimbing dalam
pembuatan makalah ini.
Saya berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Kritik dan saran sangat kami
harapkan agar nantinya dapat membuat makalah yang lebih baik lagi.
Akhirkata saya ucapkan terima kasih.
Kata Pengantar…………………………………………………...........…2
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………….…...4
A. Latar Belakang…………………………………………………....……4
B. Tujuan……………………………………………………….............….5
C.Manfaat…………………………………………………….….............…5
D.Rumusan Masalah………………………………………………….....…5
BAB II ISI………………………………………………………................6
A. Pengertian Taksonomi……………………………………...……….......6
B. Keanekaragaman Sumber Daya Indonesia……………......……....…….7
C. Kondisi Sumber Daya Genetika Tumbuhan Indonesia…..……...….….7
D.Peranan Taksonomi dalam Pengelolaan Sumber Daya Genetika……......9
Kesimpulan…………………………...…………………………......………12
Daftar Pustaka………………………..…………….........…………….….13
Taksonomi merupakan
cabang ilmu dari biologi yang masih sangat erat dipergunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Unsur-unsur taksonomi langsung maupun tidak, selalu ada dalam
kehidupan manusia hingga saat ini. Keanekaragaman sifat dan ciri yang dimiliki
suatu makhluk hidup sesungguhnya menggambarkan keanekaragaman potensi dan
manfaat yang dapat digali. Bila data dan informasi ilmiah mengenai sumber daya
hayati belum sepenuhnya dapat diungkap maka kepunahan suatu makhluk hidup sama
artinya dengan kehilangan kesempatan untuk memanfaatkan potensi yang dimiliki
makhluk hidup tersebut. Seperangkat gen yang ikut hilang bersama peristiwa
kepunahan itu mungkin memiliki potensi dan manfaat yang tidak akan dijumpai
lagi pada makhluk hidup yang lain.
Indonesia sebagai
negara kepulauan terbesar di dunia dikenal memiliki potensi kekayaan alam yang
luar biasa, baik flora, fauna maupun mikroba yang sebagian diantaranya bersifat
endemik. Dengan teknik biologi molekuler, rahasia potensi yang dimiliki setiap
makhluk hidup dapat diungkap secara lengkap sehingga kekayaan sumber daya
hayati menjadi sangat berharga terutama sebagai sumber gen. Bila setiap gen
dapat diperjualbelikan maka keanekaragaman biota yang hidup di Indonesia ini
merupakan aset yang luar biasa besar. Namun kenyataan menunjukkan bahwa potensi
kekayaan tersebut belum optimal dimanfaatkan. Negeri ini masih merupakan
negara miskin dengan pendapatan kotor nasional (GNP) per kapita sedikit lebih
tinggi dari Zimbabwe, negara termiskin di Afrika. Keadaannya makin
memprihatinkan karena Indonesia dikategorikan sebagai wilayah Hot Spot, kaya dengan sumber daya hayati tetapi kondisimya terancam punah. Di mata
internasional Indonesia juga dianggap kurang serius dalam menangani kelestarian
sumber daya hayati. Anggapan ini rasanya tidak berlebihan karena terbukti
emas hijau yang terhampar di hutan-hutan di wilayah republik ini dari waktu ke
waktu jumlahnya makin menurun dengan laju yang semakin cepat, beberapa
jenis dan varietas mulai langka bahkan ada yang telah punah sama sekali.
·
Tujuan Khusus: Adapun tujuan khusus pembuatan makalah ini adalah untuk
memenuhi Tugas akhir mata kuliah Taksonomi Tumbuhan Tingkat Tinggi
·
Tujuan Umum : Untuk mengetahui peranan ilmu Taksonomi untuk kelangsungan
bangsa yakni peran Taksonomi dalam Pengelolaan Sumber Daya Genetika
·
Agar dapat mengetahui pengertian taksonomi secara spesifik
·
Agar dapat menegtahui kondisi genetika tumbuhan di Indonesia
·
Agar dapat mengetahui peranan taksonomi bagi kehidupan
·
Agar dapat mengetahui peranan taksonomi dalam Pengelolaan Sumber Daya
Genetika
·
Bagaimana Kondisi genetika tumbuhan di Indonesia?
·
Apa saja peranan taksonomi bagi kehidupan?
·
Bagaimana peran Taksonomi dalam Pengelolaan Sumber Daya Genetika?
Kata taksonomi diambil dari bahasa Yunani tassein yang berarti untuk mengelompokkan dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi dapat diartikan sebagai pengelompokan suatu hal berdasarkan
hierarki (tingkatan) tertentu. Di mana taksonomi yang lebih tinggi bersifat
lebih umum dan taksonomi yang lebih rendah bersifat lebih spesifik. Selain itu,
taksonomi juga diartikan sebagai cabang ilmu biologi yg menelaah penamaan,
perincian, dan pengelompokan makhluk hidup berdasarkan persamaan dan pembedaan
sifatnya.
B. Keanekaragaman Sumber Daya Indonesia
Indonesia merupakan
negara yang amat kaya akan alam. Baik flora maupun faunanya. Keanekaragaman di
indonesia meliputi Sumber Daya Alam ( baik itu SDA hayati maupun SDA hewani )
dan Sumber Daya Manusia. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia
dikenal memiliki potensi kekayaan alam yang luar biasa, baik flora, fauna
maupun mikroba yang sebagian diantaranya bersifat endemik. Dengan teknik
biologi molekuler, rahasia potensi yang dimiliki setiap makhluk hidup dapat
diungkap secara lengkap sehingga kekayaan sumber daya hayati menjadi sangat
berharga terutama sebagai sumber gen.
Kehidupan manusia
sangat bergantung kepada sumber daya hayati sebagai sumber bahan pangan,
sandang, papan dan bahan penunjang pengembangan industri.
Peningkatan jumlah, jenis maupun kualitas kebutuhan manusia mendorong
upaya pemanfaatan sumber daya hayati secara terus menerus, oleh karena itu
kekayaan tersebut harus diamankan. Dalam pengamanannya dituntut perubahan sikap
dari defensif yaitu melindungi alam dari pengaruh pembangunan menjadi upaya ofensif
untuk memenuhi kebutuhan akan sumber daya hayati sekaligus mempertahankannya
untuk kehidupan di masa yang akan datang.
Pengelolaan sumber daya hayati termasuk sumber daya genetika yang ada
didalamnya menjadi tanggung jawab yang berat terutama bagi pengambil
keputusan, lembaga riset, perguruan tinggi maupun para intelektual. Dalam
kegiatan ini masyarakat perlu dilibatkan agar mereka menyadari
ketergantungan hidupnya kepada kekayaan biota tersebut. Dengan mengetahui
potensi dan manfaatnya diharapkan penghargaan terhadap sumber daya hayati dan
keanekaragaman genetikanya semakin meningkat sehingga tingkat kerusakan
yang terjadi dapat ditekan.
B. Kondisi Sumber Daya Genetika Tumbuhan Indonesia
Potensi kekayaan
sumber daya hayati dan genetika tidak cukup berhenti hanya untuk dikagumi
saja. Persoalan rawan pangan yang menimpa penduduk negara-negara
berkembang termasuk Indonesia perlu segera ditangani dan diantisipasi karena
proyeksi penduduk pada tahun 2030 nanti ternyata memperlihatkan jumlah yang
cukup fantastis, naik kurang lebih 160% dibandingkan jumlah penduduk pada tahun
1990. Keanekaragaman genetika merupakan bahan mentah terpenting untuk
mengembangkan bioteknologi modern terutama untuk perakitan tanaman transgenik
yang dipandang mampu menyelesaikan problematika pangan. Sumber
daya genetika yang ada saat ini merupakan anugerah terakhir yang
memberikan harapan untuk mengubah nasib bangsa ini menuju kecukupan pangan,
mengentaskan kemiskinan sekaligus meningkatkan kesejahteraan.
Wilayah Indonesia
merupakan tempat tinggal berbagai macam suku bangsa dengan beranekaragam
tradisi dan budaya, sehingga tidak mengherankan bila lebih dari 6000 tumbuhan
dari 28.000 jenis tumbuhan di dunia telah diketahui potensinya dan dimanfaatkan
untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari Dalam memenuhi
kebutuhan pangan seperti karbohidrat, protein dan vitamin telah
dimanfaatkan tidak kurang dari 900 jenis tumbuhan. Indonesia juga dikenal kaya
dengan keanekaragaman jenis rotan, bambu, dan bahan baku obat-obatan. Lebih
dari 122 jenis bambu dari 1200 bambu di dunia ada di Indonesia, 56 jenis di
antaranya memiliki nilai ekonomi penting. Di Kabupaten Sorong misalnya,
dijumpai 16 jenis rotan, 15 jenis di antaranya dari marga Calamus dan 1 jenis
dari marga Korthalsia. Dari
15 jenis rotan marga Calamus, 8 jenis diantaranya belum
diidentifikasi. Dari tumbuhan obat dapat ditemukan bermacam-macam
jenis anggota Piperaceae seperti Piper
betle, P.
nigrum, P.
retrofractum, P.
sarmentosum dan P. cubeba yang secara morfologi
sangat mirip tetapi dalam pemanfaatannya sangat berbeda.
Dilihat
dari jumlah jenis makhluk yang mendiami kawasan ini dunia mengakui Indonesia
sebagai salah satu pusat keanekaragaman hayati. Keanekaragaman jenis
tumbuhan yang besar pada umumnya diiringi dengan keanekaragaman genetika
yang besar pula. Kawasan Malesia yang meliputi Indonesia, malaysia,
Filipina dan Papua Nugini antara lain merupakan pusat keanekaragaman genetika
terpenting untuk Dipterocarpaceae, Zingiberaceae, Piperaceae, Myrtaceae,
Sapindaceae dan Apocynaceae.Indonesia juga merupakan tanah tumpah darah
keluarga Musaceae sehingga keanekaragaman pisang di kawasan ini sangat
melimpah, baik pisang yang dibudidayakan maupun pisang liar. Sebagian besar
kultivar pisang dari 500 kultivar pisang di dunia ada di Indonesia.
Kondisi sumber daya genetika sangat dipengaruhi proses pembangunan. Pembangunan
di sektor pertanian seperti ”revolusi hijau” di kawasan Asia telah berhasil
melipat gandakan produksi padi, namun keuntungann dari kebijakan ini lebih
banyak dikecap oleh orang-orang yang memiliki lahan, modal dan akses. Sistem
penanaman monokultur yang uniformlebih
memberikan keuntungan bagi produsen benih, pupuk dan pestisida. Dampak lain
dari kebijakan ini adalah terjadinya erosi genetik terutama kultivar lokal
tradisional yang terpinggirkan karena penanaman kultivar modern secara
besar-besaran. Keadaan ini makin buruk dengan kebijakan pemerintah untuk
menfasilitasi eksploitasi dan ekstrasi sumber daya hayati hutan melalui HPH
(Hak pengusahaan hutan). Proses penggundulan telah mengikis habis jutaan hektar
lahan hutan. Kekayaan flora dan fauna yang ada didalamnya ikut hilang untuk
selamanya. Kerusakan hutan di Indonesia kini diperkirakan
mencapai 1,6 juta hektar per tahun.
Banyak sumber daya hayati khususnya sumber daya genetika Indonesia yang semakin
berkurang akibat eksploitasi yang berlebihan sehingga tidak mengherankan bila
kita memiliki daftar kepunahan tumbuhan yang terpanjang di dunia. Populasi
ramin menipis, kayu gaharu dan kayu cendana terancam punah. Berkaitan
dengan kekayaan keanekaragaman genetika tumbuhan asli Indonesia kegiatan bioprospecting semakin meningkat,
perlombaan pencarian bahan obat baru semakin intensif dan diperkirakan akan
menjadi bisnis yang sangat menguntungkan melebihi bisnis dotcom. Modal
dasar pencarian bahan obat baru adalah sumber daya hayati dan genetika sehingga
dengan kekayaan biota yang tersisa, Indonesia masih mempunyai peluang
memanfaatkannya dengan syarat segera menghentikan semua bentuk ekstraksi sumber
daya yang berlebihan melalui kegiatan pengelolaan sumber daya genetika yang
terencana dengan baik.
C. Peran Taksonomi Dalam Pengelolaan
Sumber Daya Genetika
Erosi
genetika pada jenis-jenis yang dieksploitasi tanpa dasar ilmiah memberikan
dampak yang memprihatinkan. Fragmentasi dan kerusakan habitat, pengurasan
populasi alaminya dan penanaman kultivar unggul yang terus menerus
sehingga mendesak kultivar lokal akan menyebabkan keanekaragaman genetika makin
lama makin menipis dan akan berakhir dengan kepunahan gen-gen yang
berpotensi. Solusi yang paling realistis untuk menanggulangi erosi sumber
daya genetik yang terus terjadi adalah dengan melakukan konservasi genetika.
Kegiatan ini berupa pengelolaan koleksi dan pemeliharaan pusat-pusat sumber
daya daya genetik yang mewakili spektrum keanekaragaman genetik, termasuk
didalamnya koleksi kultivar lokal tradisional dan kerabat liarnya..
Pengelolaan
sumber daya genetika tumbuhan meliputi upaya untuk melestarikan, mengamankan
sekaligus memanfaatkan keanekaragaman genetika seoptimal mungkin sehingga
berguna bagi generasi sekarang maupun yang akan datang. Langkah-langkah
operasioal dalam pengelolaan sumber daya genetika yang lengkap , meliputi:
1) kegiatan
eksplorasi, inventarisasi, dan identifikasi sumber daya genetika
2) melakukan
koleksi secara ex
situ dan in situ
3) pasporisasi dan
dokumentasi
4) evaluasi,
karakterisasi, dan katalogisasi
5) pemanfaatan,
seleksi, hibridisasi, dan perakitan varietas,
6) konservasi dan
rejuvinasi
7) pertukaran
materi, perlindungan, dan komersialisasi.
Dari
kegiatan-kegiatan operasional di atas, pakar dan peminat taksonomi dapat
terlibat dan berperan langsung dalam kegiatan eksplorasi, inventarisasi,
identifikasi sumber daya genetika, pasporisasi, dokumentasi, evaluasi,
karakterisasi, dan katalogisasi. Ini bukan tugas yang mudah mengingat
objek yang dihadapi cukup besar meliputi sumber daya genetika yang terdapat
dalam jutaan hektar hutan yang akan dikonservasi. Aktivitas floristik yang
dilakukan di wilayah tropis seperti di Indonesia masih jauh dari selesai.
Kita sedang berpacu dengan ulah manusia yang menyebabkan kepunahan sumber daya
genetika. Jutaan hektar hutan punah akibat kegiatanillegal loging,
pembukaan lahan baru dan penambangan yang merupakan pemicu utama
kepunahan keanekaragaman biota. Tidak lama lagi kita juga akan kehilangan
sumber daya genetika yang terdapat di pulau Nipah yang segera akan tenggelam
akibat kegiatan penambangan pasir laut.
Penyelesaian sensus keanekaragaman hayati seluruh wilayah Indonesia tidak dapat
ditunda lagi. Flora Melaesiana harus diselesaikan secara tuntas; meskipun
demikian bukan berarti bidang penelitian taksonomi lain harus menunggu
eksplorasi, inventarisasi dan identifikasi selesai. Pakar dan peminat
taksonomi perlu mendukung dan melakukan penelitian yang sesuai dengan kebutuhan
para pengguna.. Penelitian-penelitian eksplorasi, inventarisasi dan
identifikasi membutuhkan biaya yang tidak sedikit (diperkirakan 12 juta dollar
per tahun) dan hasilnya terkesan tidak berdampak langsung pada proses
pembangunan, sehingga jarang sekali pengambil keputusaan yang bersedia
memberikan dana yang memadai. Keadaan ini menjadi kendala untuk penyelesaian
sensus keanekaragaman genetika di kawasan ini.
Penelitian-penelitian yang terkait langsung dengan
pengelolaan sumber daya genetika seperti evaluasi, karakterisasi dan
katalogisasi lebih banyak diperhatikan oleh pengambil keputusan. Dana yang
disediakan cukup besar dan memadai. Misalnya penelitian RUT (Riset Unggulan
Terpadu) untuk Jakstra 2000-2004. Pada bidang pertanian penelitian
difokuskan pada kegiatan pemberdayaan sumber daya alam hayati Indonesia
dalam rangka mencari terobosan ilmiah mendasar untuk memecahkan berbagai
permasalahan di bidang pertanian. Lingkup penelitian dibatasi untuk tema
penelitian penanda molekuler dan analisis genom. Peluang-peluang yang diberikan
melalui penawaran pendanaan ini ataupun pendanaan lain (seperti Hibah Tim)
perlu direspon positif oleh pakar dan peminat taksonomi. Disamping tetap
melanjutkan sensus keanekaragaman genetika, penelitian-penelitian
biosistematika juga perlu digalakkan terutama untuk tumbuhan yang telah
memiliki informasi flora cukup lengkap seperti tumbuhan tinggi. Apabila
tidak ingin dipandang sebelah mata oleh pakar-pakar bidang lain, taksonomi mau
tidak mau harus dapat menyelesaikan penanganan keanekaragaman hayati dan
genetikanya selaras dengan kemajuan perkembangan ilmu dan teknologi.
Teknologi yang telah ada harus dimanfaatkan. Data dan informasi yang diperoleh
dengan teknik-teknik konvensional tetap dan pasti sangat berguna namun pakar
taksonomi juga harus menyadari bahwa saat ini informasi dan data
molekular sangat dibutuhkan oleh pengguna khususnya para pemulia tanaman. Evaluasi
dan karakterisasi yang menghasilkan data keanekaragaman genetika berdasarkan
marka-marka molekuler seperti RFLP, RAPD dan mikrosatelit, pemetaan gen
maupun sidik jari DNA ditunggu para pemulia tanaman sebagai modal dasar dalam
perakitan kultivar baru. Data dan informasi yang telah terakumulasi
kemudian disintesis untuk memata-matai proses evolusi dan hubungan kekerabatan
dan hasilnya dapat digunakan sebagai acuan dalam kegiatan rekayasa
genetika.
Perlu dipahami bahwa
taksonomi dan biosistematika bukan ilmu yang dapat menyelasaikan semua
permasalahan dalam lingkup biologi. Dalam hal pengelolaan sumber daya genetika
ini sudah semestinya taksonomi dan biosistematika bekerjasama dengan disiplin
ilmu yang lain. Ilmu itu berkembang sehingga pusat kepentingan akan
berubah bergantung pada arah perkembangan dan kebutuhan terhadap ilmu.
Pada awal perkembangan biologi, taksonomi menempati garis depan karena
prioritas ilmu pada waktu itu adalah mengenali unit-unit hayati. Sekarang
kebutuhannya berbeda, oleh karena itu taksonomiwan (termasuk didalamnya
biosistematikawan) harus menyadari pergeseran nilai ini dan menyesuaikan
posisinya dengan perkembangan yang ada.
Berdasarkan Tujuan
dapat disimpulkan bahwa Taksonomi adalah pengelompokan suatu hal berdasarkan
hierarki (tingkatan) tertentu. Di mana taksonomi yang lebih tinggi bersifat
lebih umum dan taksonomi yang lebih rendah bersifat lebih spesifik. Selain itu,
taksonomi juga diartikan sebagai cabang ilmu biologi yg menelaah penamaan,
perincian, dan pengelompokan makhluk hidup berdasarkan persamaan dan pembedaan
sifatnya.
Indonesia merupakan
negara yang amat kaya akan alam. Baik flora maupun faunanya. Keanekaragaman di
indonesia meliputi Sumber Daya Alam ( baik itu SDA hayati maupun SDA hewani )
dan Sumber Daya Manusia. Kehidupan manusia sangat bergantung kepada
sumber daya hayati sebagai sumber bahan pangan, sandang, papan dan bahan
penunjang pengembangan industri. Potensi kekayaan sumber daya hayati dan
genetika tidak cukup berhenti hanya untuk dikagumi saja. Keanekaragaman
genetika merupakan bahan mentah terpenting untuk mengembangkan bioteknologi
modern terutama untuk perakitan tanaman transgenik yang dipandang mampu
menyelesaikan problematika pangan.
Pengelolaan
sumber daya genetika tumbuhan meliputi upaya untuk melestarikan, mengamankan
sekaligus memanfaatkan keanekaragaman genetika seoptimal mungkin sehingga
berguna bagi generasi sekarang maupun yang akan datang. Langkah-langkah
operasioal dalam pengelolaan sumber daya genetika yang lengkap , meliputi:
1) kegiatan
eksplorasi, inventarisasi, dan identifikasi sumber daya genetika
2) melakukan
koleksi secara ex
situ dan in situ
3) pasporisasi dan
dokumentasi
4) evaluasi,
karakterisasi, dan katalogisasi
5) pemanfaatan, seleksi,
hibridisasi, dan perakitan varietas,
6) konservasi dan
rejuvinasi
7) pertukaran
materi, perlindungan, dan komersialisasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar